Pernah engga sih kita merasa terjebak dalam suatu rutinitas
dan serasa terkungkung dalam satu lingkup kegiatan? Atau pernah engga sih kita
merasakan beban yang berat ketika orang-orang menilai kita sebagai pribadi yang
baik dan mereka berekspektasi terlalu tinggi terhadap kita. Atau mungkin kamu
merasa stuck dengan kegiatan akademis yang kamu jalani, mendadak semua buram
dan kamu kehilangan arah. Lalu kamu menyadari, “What the hell am I doing here?”
saat itu juga, detik itu juga, kamu ingin menghentikan semua yang sedang susah
payah kamu lakukan dan apa yang kamu bangun selama ini. Rasanya ingin wuuuush
terbang entah ke mana, pergi, menghilang aja, biarin deh semuanya kamu
tinggalkan di sini.
“if I do something
good, then people will expect me good, and I hate it bcoz I’m not that good”
-Damon, Vampire
diaries-
Oke pasti kita seringkali merasakannya dan mungkin itu yang
disebut jenuh, capek, kesel, dongkol. Bawaannya kamu ingin ngeluh terus, ingin
marah, kecewa, tapi semuanya bersumber dari diri kamu sendiri yang karena
kasihan selalu mengiyakan semuanya. Yang sebesar apapun niat mu untuk ngomong “engga”
selalu sirna karena kamu berpikir kalau bukan aku siapa lagi yang peduli?
Dan ketika semuanya scrap berkumpul jadi satu, kamu Cuma pengin
nangis, tapi kamu engga bisa nangis di hadapan orang walaupun di dalem udah
nyesek banget, tetep aja di luar senyum meskipun maksa. Dan ujung-ujungnya
paling nangis di kamar kos sendiri, walaupun kamu pengin banget ada yang
ngerti, ada yang ngeliat kamu nangis, ada yang paham.
Kamu terus-terusan aja nanya dalam hati kenapa sih semuanya
jadi kayak gini? Mendadak semua berasa salah dan engga sesuai bahkan di luar
apa yang kamu harapkan. Kenapa engga ada orang yang ngerti apa yang kamu
rasakan satupun?
Dan ternyata kamu salah, salah banget. Karena orang yang
ngertiin kamu tuh pasti ada, kadang ada di dekat kita, tapi mungkin karena
berbagai sebab atau berbagai situasi dan keadaan, kamu jadi mengabaikannya,
padahal justru orang itu yang punya jawaban atas gundahmu, dia sahabatmu yang
mungkin terlupa karena berbagai alasan.
Dan sore itu ketika semuanya terungkap, jawabannya sederhana
banget. Intinya sih gini…
“Kalau kamu ngerasa
salah dengan apa yang kamu pilih sekarang apa lantas kamu mau berhenti? Kamu yakin
kalau kamu berhenti lantas kamu senang, bahagia, sukses? Mungkin ini berat, apa
yang kita jalanin sekarang engga gampang, tapi suatu saat ini semua pasti ada
artinya dan bermanfaat. Kalau kamu berhenti di tengah jalan pasti ada saatnya
kamu merindukan rutinitas yang kamu jalanin dan pasti kamu nyesel karena kamu
berhenti di tengah jalan. Ekspektasi orang yang berlebihan emang engga enak,
kita sama pernah ngerasain hal itu, tapi rasa peduli itu engga pernah salah.”
Kata-kata itu, di sore yang singkat, di pertemuan singkat
kita karena berbagai halangan, benar-benar nyeek masuk hati dan bener banget…
Dan saya jadi teringat perkataan seorang dosen saya yang
galak tapi sebenarnya baik hati
“Kita sebagai akuntan
memang harus bersahabat dengan kerumitan. I know it hard and give us much pain.
Tapi percayalah kalau semuanya akan berbuah manis, jadi kerja keras kalian
selama ini belajar sampe nangis-nangis, pusing-pusing, stress, suatu saat
terbayar, pasti. Kerumitan itu pasti nanti berubah jadi madu, manis.”
Dan setelah sore ini, saya berjanji bahwa saya akan selalu
menjalani semuanya dengan ikhlas dan optimis, karena seberat apapun yang kamu
hadapi, pasti engga ada yang sia-sia. Kalau kata pepatah sih
“No pain, no gain.”
Dan saya percaya bahwa saya engga pernah sendiri. Bahwa ada
orang-orang yang selalu mendukung saya. Itu semua sudah cukup.
Rasa jenuh itu pasti suatu saat akan kembali lagi, datang,
dan engga terhindarkan. Tapi kamu hanya perlu “berbicara” dengan orang di luar
lingkungan yang saat itu membuat kamu jenuh. Cukup itu kok, engga perlu berhenti dan pergi.
Thanx for always listen…
J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar