“Banyak teman itu
banyak rezeki mba.”
Perkataan itu sangat membekas dalam benak saya sampai detik
ini. Adalah Ibu Rini, seorang pahlawan lingkungan yang sangat sederhana yang
mengucapkan kata-kata tersebut ketika Jumat minggu yang lalu saya dan Nancy
berkunjung ke rumahnya di daerah Wonosari.
Kunjungan kami ke sana bukan tanpa sebab, kami ingin belajar
mengolah limbah plastik menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi dari beliau. Keputusan
kami untuk belajar pada beliau bermula dari teman saya Nancy yang baru
bergabung dalam tim KKN yang saya dan teman-teman lain sudah bentuk. Salah satu
program KKN yang saya buat adalah daur ulang sampah plastik menjadi kerajinan. Jujur,
pada awalnya saya masih bingung sendiri bagaimana menjalankan program tersebut
hingga akhirnya saya memutuskan untuk membuat bunga dari sedotan bekas, namun
entah mengapa saya sendiri sempat ragu sama karya yang satu itu, hehehe. Hingga
pada suatu pertemuan seluruh tim KKN, muncullah Nancy dari jurusan Manajemen
Kebijakan Publik yang memberikan pencerahan untuk saya menjalankan program
tersebut.
Jadi begini ceritanya, jurusan Manajemen Kebijakan Publik
punya desa binaan di Wonosari untuk memberdayakan masyarakat mengelola limbah
sampah plastik, salah satunya adalah Bu Rini ini. Nancy pun akhirnya
memberitahu saya untuk belajar ke tempat Bu Rini di Wonosari. Akhirnya Jumat tanggal
21 Juni 2013 seusai ujian, kami berdua pun berangkat ke Wonosari. Sampai di
sana saya cukup kaget melihat rumah Bu Rini. Rumah beliau sangat sederhana,
tipikal rumah-rumah lama di pedesaan. Temboknya sudah terbuat dari bata, tapi
lantainya masih beralaskan semen, kita juga bisa melihat susunan genteng karena
langit-langit rumah yang tidak ada eternitnya, jendela rumah tersebut juga
masih terbuat dari kayu yang jika ditutup akan benar-benar gelap.
Sesampainya di sana Bu Rini menyambut kami dengan ramah. Kami
pun sedikit bercerita tentang keperluan kami datang berkunjung. Ternyata bukan
hanya tim KKN kami saja yang mengunjungi Bu Rini untuk belajar, tapi sudah ada
beberapa kelompok lain yang juga pernah berkunjung. Kami pun diperlihatkan
contoh-contoh kerajinan yang pernah Bu Rini buat. Ada tempat tisu, tempat
pensil, tas, dan banyak lagi benda-benda yang ternyata bisa dihasilkan dari
sesuatu yang sering kita pandang sebagai sampah.
Menurut penuturan Bu Rini, beliau sudah lama menekuni
pembuatan kerajinan ini. Berawal dari penjahit, beliau yang mendapatkan
bimbingan dari seorang mantan mahasiswa Biologi UGM pun akhirnya menekuni
pembuatan kerajinan dari sampah plastic. Sepak terjang beliau tidak bisa
diragukan lagi, beliau seringkali mengikuti pameran dan memberikan pelatihan
pada warga desa yang lain, beliau juga sering menerima orderan dari berbagai
macam pihak. Yang saya salutkan, beliau mengerjakan itu semua sendiri sambil
mengisi waktu luang, tidak pernah ada orderan yang membebaninya. “Lahwong bikin kayak gini bisa sambil duduk
santai sambil nonton tv kok mba, daripada hanya nonton tv saja,” ucap
beliau sambil tersenyum ketika saya bertanya apakah tidak kelelahan mengerjakan
banyak orderan. Yang saya salutkan lagi, beliau sangat sederhana dan sama
sekali tidak sombong.
Setelah beberapa menit berbincang, akhirnya kami pun
memutuskan untuk membuat dompet dari karton bekas dan sampah plastik. Untuk saya
dan Nancy yang masih amatir membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan Bu
Rini yang dengan cepat dan rapih bisa menyelesaikan dompetnya, padahal beliau
mengaku bahwa ini juga kali pertamanya membuat dompet.
Di sela-sela proses pembuatan dompet, Bu Rini bertanya, “Gimana mba? Engga susah to? Kalo di sini
belajar sama saya bukan pelajaran yang ada di kelas, kayak beginian mana ada di
kelas? Hahaha.”
Saya dan Nancy pun ikut tertawa bersama Bu Rini. Kebetulan
otak saya penat sekali rasanya sehabis mengerjakan ujian di pagi hari, bertemu
Bu Rini dan belajar membuat sesuatu yang baru ternyata merupakan hiburan
tersendiri untuk saya. Ternyata 90% bahan baku produk yang Bu Rini hasilkan
berasal dari sampah-sampah plastic dan barang bekas.
Produk buatan Bu Rini
Sambil membuat dompet, kami terus berbincang membicarakan
ini itu hingga akhirnya saya bercerita bahwa saya ingin membuat sesuatu dari
limbah sedotan bekas. Entah kebetulan atau bagaimana, betul apa yang
orang-orang katakana bahwa Allah mempertemukan kita dengan seseorang bukan
tanpa alasan. Ternyata Bu Rini pun memiliki rencana yang sama dengan saya untuk
membuat sesuatu dari limbah sedotan, namun beliau belum sempat melakukannya dan
baru mengumpulkan artikel tentang pengolahan sedotan bekas. Beliau pun
memperlihatkan artikel di majalah tersebut dan memberikan saya saran untuk
mencobanya. Saat itu ingin nangis rasanya saking senangnya menemukan jalan
keluar. Saya pun berkali-kali mengucapkan terima kasih untuk Bu Rini.
Bu Rini mencontohkan cara membuat dompet
Di tengah-tengah beliau bercanda, “Orang-orang itu sukanya bawa sampah ke saya. Pokoknya sudah terkenal banget
kalau ada Bu Rini tu dikasi sampah aja hahahaha. Banyak juga yang suka ngece
mba, bilangnya ih ngapain sampah dibawa-bawa.”
Saya pun tersenyum mendengar candaan Bu Rini. Mungkin
sebagian orang berpendapat seperti itu, apa yang dibuat beliau adalah sampah,
asalnya sampah, jadinya ya sampah. Tapi buat saya, Bu Rini adalah pahlawan
lingkungan. Orang-orang mungkin memandang beliau sebelah mata, tapi banyak sekali
limbah plastik yang mampu diubahnya menjadi barang bernilai ekonomi. Beliau berkontribusi
dalam pengurangan sampah plastik yang kebanyakan akan dibakar dan menimbulkan
polusi.
Di akhir sesi pertemuan dengan beliau, kami pun berfoto
bersama.
“Bu spanduk nya dipasang dong di depan rumah, punya prestasi
gini kok disembunyikan, kan biar orang-orang tahu Bu,” ucap Nancy.
“Enggalah, malu mba.” Balas
Bu Rini sambil tersipu.
Hari itu saya belajar banyak hal dari Bu Rini, bukan saja
belajar membuat kerajinan dari sampah plastic. Beliau juga berpesan untuk
jangan memandang sebelah mata orang kecil, kita harus menghormati mereka juga
karena orang besar itu tidak ada tanpa orang-orang kecil yang ada di bawahnya. Terakhir,
Bu Rini pun mendoakan supaya KKN kami lancar dan program-programnya benar-benar
bisa bermanfaat untuk masyarakat di sana.
Terima kasih Bu Rini untuk waktunya yang singkat dan terima
kasih Nancy untuk membawa saya kepada beliau J
Saya, Nancy, dan Bu Rini