Sabtu, 09 Juni 2012

Beberapa kaliamt di sore hari


Pernah engga sih kita merasa terjebak dalam suatu rutinitas dan serasa terkungkung dalam satu lingkup kegiatan? Atau pernah engga sih kita merasakan beban yang berat ketika orang-orang menilai kita sebagai pribadi yang baik dan mereka berekspektasi terlalu tinggi terhadap kita. Atau mungkin kamu merasa stuck dengan kegiatan akademis yang kamu jalani, mendadak semua buram dan kamu kehilangan arah. Lalu kamu menyadari, “What the hell am I doing here?” saat itu juga, detik itu juga, kamu ingin menghentikan semua yang sedang susah payah kamu lakukan dan apa yang kamu bangun selama ini. Rasanya ingin wuuuush terbang entah ke mana, pergi, menghilang aja, biarin deh semuanya kamu tinggalkan di sini.

“if I do something good, then people will expect me good, and I hate it bcoz I’m not that good”
-Damon, Vampire diaries-

Oke pasti kita seringkali merasakannya dan mungkin itu yang disebut jenuh, capek, kesel, dongkol. Bawaannya kamu ingin ngeluh terus, ingin marah, kecewa, tapi semuanya bersumber dari diri kamu sendiri yang karena kasihan selalu mengiyakan semuanya. Yang sebesar apapun niat mu untuk ngomong “engga” selalu sirna karena kamu berpikir kalau bukan aku siapa lagi yang peduli?

Dan ketika semuanya scrap berkumpul jadi satu, kamu Cuma pengin nangis, tapi kamu engga bisa nangis di hadapan orang walaupun di dalem udah nyesek banget, tetep aja di luar senyum meskipun maksa. Dan ujung-ujungnya paling nangis di kamar kos sendiri, walaupun kamu pengin banget ada yang ngerti, ada yang ngeliat kamu nangis, ada yang paham.

Kamu terus-terusan aja nanya dalam hati kenapa sih semuanya jadi kayak gini? Mendadak semua berasa salah dan engga sesuai bahkan di luar apa yang kamu harapkan. Kenapa engga ada orang yang ngerti apa yang kamu rasakan satupun?

Dan ternyata kamu salah, salah banget. Karena orang yang ngertiin kamu tuh pasti ada, kadang ada di dekat kita, tapi mungkin karena berbagai sebab atau berbagai situasi dan keadaan, kamu jadi mengabaikannya, padahal justru orang itu yang punya jawaban atas gundahmu, dia sahabatmu yang mungkin terlupa karena berbagai alasan.

Dan sore itu ketika semuanya terungkap, jawabannya sederhana banget. Intinya sih gini…

“Kalau kamu ngerasa salah dengan apa yang kamu pilih sekarang apa lantas kamu mau berhenti? Kamu yakin kalau kamu berhenti lantas kamu senang, bahagia, sukses? Mungkin ini berat, apa yang kita jalanin sekarang engga gampang, tapi suatu saat ini semua pasti ada artinya dan bermanfaat. Kalau kamu berhenti di tengah jalan pasti ada saatnya kamu merindukan rutinitas yang kamu jalanin dan pasti kamu nyesel karena kamu berhenti di tengah jalan. Ekspektasi orang yang berlebihan emang engga enak, kita sama pernah ngerasain hal itu, tapi rasa peduli itu engga pernah salah.”

Kata-kata itu, di sore yang singkat, di pertemuan singkat kita karena berbagai halangan, benar-benar nyeek masuk hati dan bener banget…

Dan saya jadi teringat perkataan seorang dosen saya yang galak tapi sebenarnya baik hati

“Kita sebagai akuntan memang harus bersahabat dengan kerumitan. I know it hard and give us much pain. Tapi percayalah kalau semuanya akan berbuah manis, jadi kerja keras kalian selama ini belajar sampe nangis-nangis, pusing-pusing, stress, suatu saat terbayar, pasti. Kerumitan itu pasti nanti berubah jadi madu, manis.”

Dan setelah sore ini, saya berjanji bahwa saya akan selalu menjalani semuanya dengan ikhlas dan optimis, karena seberat apapun yang kamu hadapi, pasti engga ada yang sia-sia. Kalau kata pepatah sih

“No pain, no gain.”

Dan saya percaya bahwa saya engga pernah sendiri. Bahwa ada orang-orang yang selalu mendukung saya. Itu semua sudah cukup.

Rasa jenuh itu pasti suatu saat akan kembali lagi, datang, dan engga terhindarkan. Tapi kamu hanya perlu “berbicara” dengan orang di luar lingkungan yang saat itu membuat kamu jenuh.  Cukup itu kok, engga perlu berhenti dan pergi.

Thanx for always listen…
J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar