Sabtu, 29 Juni 2013

GO GO NTB 03!!!!

H-24 jam keberangkatan KKN ke Lombok

Doakan kami agar bisa benar-benar mengabdi ke masyarakat desa Pelangan, Sekotong, Lombok Barat. Semoga semua bisa berjalan lancar dari awal sampai akhir. Semoga keharmonisan kelompok tetap dapat terjaga. Dan nantikan cerita suka duka kami di Lombok ya!
:)

Welcome Lombok!!

Jumat, 28 Juni 2013

Bu Rini, Pahlawan Lingkungan yang Sederhana

“Banyak teman itu banyak rezeki mba.”

Perkataan itu sangat membekas dalam benak saya sampai detik ini. Adalah Ibu Rini, seorang pahlawan lingkungan yang sangat sederhana yang mengucapkan kata-kata tersebut ketika Jumat minggu yang lalu saya dan Nancy berkunjung ke rumahnya di daerah Wonosari.

Kunjungan kami ke sana bukan tanpa sebab, kami ingin belajar mengolah limbah plastik menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi dari beliau. Keputusan kami untuk belajar pada beliau bermula dari teman saya Nancy yang baru bergabung dalam tim KKN yang saya dan teman-teman lain sudah bentuk. Salah satu program KKN yang saya buat adalah daur ulang sampah plastik menjadi kerajinan. Jujur, pada awalnya saya masih bingung sendiri bagaimana menjalankan program tersebut hingga akhirnya saya memutuskan untuk membuat bunga dari sedotan bekas, namun entah mengapa saya sendiri sempat ragu sama karya yang satu itu, hehehe. Hingga pada suatu pertemuan seluruh tim KKN, muncullah Nancy dari jurusan Manajemen Kebijakan Publik yang memberikan pencerahan untuk saya menjalankan program tersebut.

Jadi begini ceritanya, jurusan Manajemen Kebijakan Publik punya desa binaan di Wonosari untuk memberdayakan masyarakat mengelola limbah sampah plastik, salah satunya adalah Bu Rini ini. Nancy pun akhirnya memberitahu saya untuk belajar ke tempat Bu Rini di Wonosari. Akhirnya Jumat tanggal 21 Juni 2013 seusai ujian, kami berdua pun berangkat ke Wonosari. Sampai di sana saya cukup kaget melihat rumah Bu Rini. Rumah beliau sangat sederhana, tipikal rumah-rumah lama di pedesaan. Temboknya sudah terbuat dari bata, tapi lantainya masih beralaskan semen, kita juga bisa melihat susunan genteng karena langit-langit rumah yang tidak ada eternitnya, jendela rumah tersebut juga masih terbuat dari kayu yang jika ditutup akan benar-benar gelap.

Sesampainya di sana Bu Rini menyambut kami dengan ramah. Kami pun sedikit bercerita tentang keperluan kami datang berkunjung. Ternyata bukan hanya tim KKN kami saja yang mengunjungi Bu Rini untuk belajar, tapi sudah ada beberapa kelompok lain yang juga pernah berkunjung. Kami pun diperlihatkan contoh-contoh kerajinan yang pernah Bu Rini buat. Ada tempat tisu, tempat pensil, tas, dan banyak lagi benda-benda yang ternyata bisa dihasilkan dari sesuatu yang sering kita pandang sebagai sampah.

Menurut penuturan Bu Rini, beliau sudah lama menekuni pembuatan kerajinan ini. Berawal dari penjahit, beliau yang mendapatkan bimbingan dari seorang mantan mahasiswa Biologi UGM pun akhirnya menekuni pembuatan kerajinan dari sampah plastic. Sepak terjang beliau tidak bisa diragukan lagi, beliau seringkali mengikuti pameran dan memberikan pelatihan pada warga desa yang lain, beliau juga sering menerima orderan dari berbagai macam pihak. Yang saya salutkan, beliau mengerjakan itu semua sendiri sambil mengisi waktu luang, tidak pernah ada orderan yang membebaninya. “Lahwong bikin kayak gini bisa sambil duduk santai sambil nonton tv kok mba, daripada hanya nonton tv saja,” ucap beliau sambil tersenyum ketika saya bertanya apakah tidak kelelahan mengerjakan banyak orderan. Yang saya salutkan lagi, beliau sangat sederhana dan sama sekali tidak sombong.

Setelah beberapa menit berbincang, akhirnya kami pun memutuskan untuk membuat dompet dari karton bekas dan sampah plastik. Untuk saya dan Nancy yang masih amatir membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan Bu Rini yang dengan cepat dan rapih bisa menyelesaikan dompetnya, padahal beliau mengaku bahwa ini juga kali pertamanya membuat dompet.

Di sela-sela proses pembuatan dompet, Bu Rini bertanya, “Gimana mba? Engga susah to? Kalo di sini belajar sama saya bukan pelajaran yang ada di kelas, kayak beginian mana ada di kelas? Hahaha.”
Saya dan Nancy pun ikut tertawa bersama Bu Rini. Kebetulan otak saya penat sekali rasanya sehabis mengerjakan ujian di pagi hari, bertemu Bu Rini dan belajar membuat sesuatu yang baru ternyata merupakan hiburan tersendiri untuk saya. Ternyata 90% bahan baku produk yang Bu Rini hasilkan berasal dari sampah-sampah plastic dan barang bekas.

Produk buatan Bu Rini

Sambil membuat dompet, kami terus berbincang membicarakan ini itu hingga akhirnya saya bercerita bahwa saya ingin membuat sesuatu dari limbah sedotan bekas. Entah kebetulan atau bagaimana, betul apa yang orang-orang katakana bahwa Allah mempertemukan kita dengan seseorang bukan tanpa alasan. Ternyata Bu Rini pun memiliki rencana yang sama dengan saya untuk membuat sesuatu dari limbah sedotan, namun beliau belum sempat melakukannya dan baru mengumpulkan artikel tentang pengolahan sedotan bekas. Beliau pun memperlihatkan artikel di majalah tersebut dan memberikan saya saran untuk mencobanya. Saat itu ingin nangis rasanya saking senangnya menemukan jalan keluar. Saya pun berkali-kali mengucapkan terima kasih untuk Bu Rini.

Bu Rini mencontohkan cara membuat dompet

Di tengah-tengah beliau bercanda, “Orang-orang itu sukanya bawa sampah ke saya. Pokoknya sudah terkenal banget kalau ada Bu Rini tu dikasi sampah aja hahahaha. Banyak juga yang suka ngece mba, bilangnya ih ngapain sampah dibawa-bawa.”

Saya pun tersenyum mendengar candaan Bu Rini. Mungkin sebagian orang berpendapat seperti itu, apa yang dibuat beliau adalah sampah, asalnya sampah, jadinya ya sampah. Tapi buat saya, Bu Rini adalah pahlawan lingkungan. Orang-orang mungkin memandang beliau sebelah mata, tapi banyak sekali limbah plastik yang mampu diubahnya menjadi barang bernilai ekonomi. Beliau berkontribusi dalam pengurangan sampah plastik yang kebanyakan akan dibakar dan menimbulkan polusi.

Di akhir sesi pertemuan dengan beliau, kami pun berfoto bersama.

“Bu spanduk nya dipasang dong di depan rumah, punya prestasi gini kok disembunyikan, kan biar orang-orang tahu Bu,” ucap Nancy.

Enggalah, malu mba.” Balas Bu Rini sambil tersipu.

Hari itu saya belajar banyak hal dari Bu Rini, bukan saja belajar membuat kerajinan dari sampah plastic. Beliau juga berpesan untuk jangan memandang sebelah mata orang kecil, kita harus menghormati mereka juga karena orang besar itu tidak ada tanpa orang-orang kecil yang ada di bawahnya. Terakhir, Bu Rini pun mendoakan supaya KKN kami lancar dan program-programnya benar-benar bisa bermanfaat untuk masyarakat di sana.


Terima kasih Bu Rini untuk waktunya yang singkat dan terima kasih Nancy untuk membawa saya kepada beliau J

Saya, Nancy, dan Bu Rini

Kamis, 27 Juni 2013

22's Birthday, Comeback menjadi seorang blogger amatir

So here I’m on my 22’s

Welcome world!

Angkanya cantik ya? Hidupnya? Hmmm bisa dibilang cantik dan menyenangkan karena sejauh ini saya selalu berusaha untuk memilih perspektif hidup bahagia dan tertawa bagaimanapun keadaannya.
Di ulang tahun saya yang ke 22 ini entah mengapa saya merasa sangat bahagia padahal tidak ada sesuatu yang khusus dan special banget yang terjadi di tanggal 23 Juni 2013 lalu. Hanya saja di usia yang semakin dewasa ini saya mulai menemukan apa yang saya cari dan inginkan serta memantapkan diri untuk meraihnya. Akhir-akhir ini saya juga bertemu dengan lumayan banyak orang yang entah mengapa bisa membuat saya bahagia dan tanpa saya sadari memberikan banyak pelajaran berharga di luar apa yang saya pelajari di bangku perguruan tinggi yang sedang saya tempuh. Saya juga seringkali menemukan dan mengalami hal-hal kecil dan sederhana yang ternyata bisa membuat saya bahagia, yups that’s right, simple things can make me happy recent those days, bahagia itu sederhana, entah darimana datangnya. Dan saya berjanji akan selalu mencari kesenangan-kesenangan yang besar dari tiap-tiap langkah sederhana yang saya atau orang lain lakukan.

Saya jadi teringat sahabat saya dulu pernah bilang, “Yang menentukan kamu bahagia atau engga kan diri kamu sendiri Nis.” Seorang dosen yang saya kenal juga pernah berkata bahwa sugesti positif memberikan dampak yang luar biasa dahsyat buat hidup kita. Mungkin sejak itu saya jadi mensugesti diri sendiri untuk selalu bahagia dan berpikiran positif, entah senang atau susah. Meskipun begitu bukan berarti hidup saya bebas dari masalah, ada banyak hal yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan saya, tapi saya tidak ingin bercerita, mulai detik ini saya hanya ingin berbagi kisah-kisah bahagia saya saja.

Anyway di umur saya yang sudah dewasa ini banyak harapan dan keinginan yang ingin saya capai. Salah satunya saya ingin berkomitmen untuk rutin menulis. Yaps menulis apapun itu, pokoknya dalam seminggu saya harus menulis minimal tiga tulisan. Bukan untuk apa-apa, tapi saya hanya ingin menantang diri saya yang dulunya bercita-cita menjadi seorang penulis untuk stay pada sebuah rutinitas menulis itu sendiri dan menjadikannya kesenangan pribadi. Saya orangnya memang mudah bosan, dan saya jadi teringat seorang teman pernah berkata bahwa tantangan adalah mencoba  bertahan dalam sebuah rutinitas. So I challenge myself untuk bertahan melakukan apa yang saya suka namun sudah lama saya tinggalkan, yaitu menulis. Bukan hal-hal muluk yang akan saya tulis, mungkin hanya sebuah tulisan sederhana yang mampu memberikan inspirasi bagi yang membacanya. Atau yah sekadar menumpahkan kegundahan hidup menjadi sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat ketimbang mencurahkan sampah-sampah di media social hahahaha. Btw keinginan saya untuk kembali menulis ini juga cukup terinspirasi dari novel Madre karangan Dewi Lestari. Saya ingin mencoba seperti Tan yang memutuskan untuk menulis blog, mencoba berkomitmen dengan sesuatu, mencoba bertahan dalam rutinitas, mencari kesenangan dalam rasa bosan yang seringkali melanda hidup. Ya, saya ingin belajar berkomitmen dengan sesuatu karena benar-benar suka, bukan karena kewajiban. Jadi saya memutuskan untuk membuat blog lagi. Hahaha ini bukan blog pertama saya anyway, ini mungkin blog ke hmmmm….4 buat saya. Blog pertama saya buat waktu saya masih SMA, blog kedua saya buat di semester awal saya kuliah di Depok, dan blog ketiga saya buat di semester awal kuliah saya di Yogyakarta, tapi tidak pernah ada yang bertahan lama.

Okay harapan kedua saya, juga harapan saya yang terbesar, di usia ke 22 ini saya tidak ingin lagi terus-terusan menengadahkan tangan ke orang tua :’) Sudah terlalu besar pengorbanan yang orang tua saya lakukan. Sudah lelah saya menelpon orang tua untuk mengabarkan bahwa uang bulanan saya kurang :’) Ini saatnya untuk saya berbalas budi, makannya saya tidak ingin berlama-lama kuliah, doakan saya ya kawan supaya bangku perguruan tinggi ini dapat segera terselesaikan atau saya bisa segera merintis sesuatu J

Harapan dan keinginan yang ketiga, saya ingin naik gunung atau camping di pantai! Serius! Saya masih pemula dan butuh teman yang super duper sabar untuk menemani saya mewujudkan keinginan itu. Satu-satunya gunung yang pernah saya taklukkan hanyalah gunung purba Nglanggeran kalau itu bisa disebut gunung, bukannya bukit. Oh iya dan gunung Bromo, hahaha. And you know what, benar banget kata orang-orang, sekalinya kita udah naik gunung, kita akan jatuh cinta. Gunung punya kekuatan untuk memanggil kembali manusia-manusia yang bosan dan lelah akan ambisi perkotaan untuk mengunjunginya kembali, kalau kata teman saya kembali ke alam. Jadi target awal saya cukup gunung Merapi dulu karena dekat dan juga kata teman saya medannya cukup mudah meskipun kadar kesulitannya tetap ¾ lebih sulit dari Nglanggeran. Oh ya camping di pantai, saya sangat ingin merasakan tidur sambil memandang langit luas yang terhampar penuh bintang sembari mendengar desiran ombak yang menenangkan.

Harapan saya yang keempat, saya ingin mengunjungi lebih banyak lagi tempat-tempat yang indah di dunia ini. Tapi sayang Allah belum kasih saya rezeki untuk mewujudkan keinginan saya yang ini, hihihihi tapi semoga bisa segera tercapai ya J

Mungkin harapan-harapan saya di usia yang ke 22 ini Cuma segini, tapi saya bersyukur banget saya bisa menemukan apa yang saya mau dan saya inginkan. Saya juga bersyukur banget sama hidup yang luar biasa indah ini dari Allah SWT, I never regret every step I choose, everythings God gives and refuses to me because I believe God knows me the best and God knows what I really need rather than I want. Kado terindah yang Allah berikan untuk saya adalah dilahirkan dan hidup dalam keluarga yang sangat mencintai dan menyayangi saya serta bertemu dengan orang-orang yang memberikan pelajaran berharga dalam hidup saya J

Terima kasih untuk orang tua yang dengan penuh cinta dan kasih sayang memberikan andil yang sangat besar dalam pembuatan (?) saya. Emang kamu dibuat? Bukan ditemuin? Terima kasih untuk Allah yang meniupkan ruh kehidupan dalam darah yang dibuahi dengan penuh cinta di dalam rahim seorang ibu. Terima kasih untuk ibu yang bertahan melahirkan seorang bayi dengan berat 4,7 kg WOOOWWW, gedi yo 22 tahun yang lalu. Terima kasih untuk cintanya yang tidak pernah putus. Terima kasih untuk bapak yang juga menyayangi saya dengan cara yang berbeda. Terima kasih kakak saya atas perhatian yang tidak pernah putus Sebenernya sih itu terpaksa, untuk waktu dan materi yang diberikan Kan kamu maksa


Bapak Ibu tersayang, tokoh utama dibalik kelahiran saya

Terima kasih teman-teman Emang punya? yang menambah warna dalam hidup saya. Terima kasih untuk semua doa yang diberikan J


Terakhir, terima kasih buat Andry dan Hesti atas surprise dan hadiah yang udah diberikan. You know exactly what I need, GEMBEEEEEEEL!!! MEMANG J

Surprise dari Andry dan Hesti

***
Tulisan dengan font berwarna hitam di atas adalah tulisan saya, sementara tulisan dengan font warna merah menyala adalah kerjaan teman-teman kos Hida, Mba Lucy, Mba Dhani, Mba Alma yang ngasih late surprise dan ngedit tulisan saya diam-diam :)

After all, saya dapat dua surprise dan itu sangat membahagiakan.

Setelah bersusah payah mengambil foto

Surprise dari teman-teman kosan