Jumat, 28 Juni 2013

Bu Rini, Pahlawan Lingkungan yang Sederhana

“Banyak teman itu banyak rezeki mba.”

Perkataan itu sangat membekas dalam benak saya sampai detik ini. Adalah Ibu Rini, seorang pahlawan lingkungan yang sangat sederhana yang mengucapkan kata-kata tersebut ketika Jumat minggu yang lalu saya dan Nancy berkunjung ke rumahnya di daerah Wonosari.

Kunjungan kami ke sana bukan tanpa sebab, kami ingin belajar mengolah limbah plastik menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi dari beliau. Keputusan kami untuk belajar pada beliau bermula dari teman saya Nancy yang baru bergabung dalam tim KKN yang saya dan teman-teman lain sudah bentuk. Salah satu program KKN yang saya buat adalah daur ulang sampah plastik menjadi kerajinan. Jujur, pada awalnya saya masih bingung sendiri bagaimana menjalankan program tersebut hingga akhirnya saya memutuskan untuk membuat bunga dari sedotan bekas, namun entah mengapa saya sendiri sempat ragu sama karya yang satu itu, hehehe. Hingga pada suatu pertemuan seluruh tim KKN, muncullah Nancy dari jurusan Manajemen Kebijakan Publik yang memberikan pencerahan untuk saya menjalankan program tersebut.

Jadi begini ceritanya, jurusan Manajemen Kebijakan Publik punya desa binaan di Wonosari untuk memberdayakan masyarakat mengelola limbah sampah plastik, salah satunya adalah Bu Rini ini. Nancy pun akhirnya memberitahu saya untuk belajar ke tempat Bu Rini di Wonosari. Akhirnya Jumat tanggal 21 Juni 2013 seusai ujian, kami berdua pun berangkat ke Wonosari. Sampai di sana saya cukup kaget melihat rumah Bu Rini. Rumah beliau sangat sederhana, tipikal rumah-rumah lama di pedesaan. Temboknya sudah terbuat dari bata, tapi lantainya masih beralaskan semen, kita juga bisa melihat susunan genteng karena langit-langit rumah yang tidak ada eternitnya, jendela rumah tersebut juga masih terbuat dari kayu yang jika ditutup akan benar-benar gelap.

Sesampainya di sana Bu Rini menyambut kami dengan ramah. Kami pun sedikit bercerita tentang keperluan kami datang berkunjung. Ternyata bukan hanya tim KKN kami saja yang mengunjungi Bu Rini untuk belajar, tapi sudah ada beberapa kelompok lain yang juga pernah berkunjung. Kami pun diperlihatkan contoh-contoh kerajinan yang pernah Bu Rini buat. Ada tempat tisu, tempat pensil, tas, dan banyak lagi benda-benda yang ternyata bisa dihasilkan dari sesuatu yang sering kita pandang sebagai sampah.

Menurut penuturan Bu Rini, beliau sudah lama menekuni pembuatan kerajinan ini. Berawal dari penjahit, beliau yang mendapatkan bimbingan dari seorang mantan mahasiswa Biologi UGM pun akhirnya menekuni pembuatan kerajinan dari sampah plastic. Sepak terjang beliau tidak bisa diragukan lagi, beliau seringkali mengikuti pameran dan memberikan pelatihan pada warga desa yang lain, beliau juga sering menerima orderan dari berbagai macam pihak. Yang saya salutkan, beliau mengerjakan itu semua sendiri sambil mengisi waktu luang, tidak pernah ada orderan yang membebaninya. “Lahwong bikin kayak gini bisa sambil duduk santai sambil nonton tv kok mba, daripada hanya nonton tv saja,” ucap beliau sambil tersenyum ketika saya bertanya apakah tidak kelelahan mengerjakan banyak orderan. Yang saya salutkan lagi, beliau sangat sederhana dan sama sekali tidak sombong.

Setelah beberapa menit berbincang, akhirnya kami pun memutuskan untuk membuat dompet dari karton bekas dan sampah plastik. Untuk saya dan Nancy yang masih amatir membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan Bu Rini yang dengan cepat dan rapih bisa menyelesaikan dompetnya, padahal beliau mengaku bahwa ini juga kali pertamanya membuat dompet.

Di sela-sela proses pembuatan dompet, Bu Rini bertanya, “Gimana mba? Engga susah to? Kalo di sini belajar sama saya bukan pelajaran yang ada di kelas, kayak beginian mana ada di kelas? Hahaha.”
Saya dan Nancy pun ikut tertawa bersama Bu Rini. Kebetulan otak saya penat sekali rasanya sehabis mengerjakan ujian di pagi hari, bertemu Bu Rini dan belajar membuat sesuatu yang baru ternyata merupakan hiburan tersendiri untuk saya. Ternyata 90% bahan baku produk yang Bu Rini hasilkan berasal dari sampah-sampah plastic dan barang bekas.

Produk buatan Bu Rini

Sambil membuat dompet, kami terus berbincang membicarakan ini itu hingga akhirnya saya bercerita bahwa saya ingin membuat sesuatu dari limbah sedotan bekas. Entah kebetulan atau bagaimana, betul apa yang orang-orang katakana bahwa Allah mempertemukan kita dengan seseorang bukan tanpa alasan. Ternyata Bu Rini pun memiliki rencana yang sama dengan saya untuk membuat sesuatu dari limbah sedotan, namun beliau belum sempat melakukannya dan baru mengumpulkan artikel tentang pengolahan sedotan bekas. Beliau pun memperlihatkan artikel di majalah tersebut dan memberikan saya saran untuk mencobanya. Saat itu ingin nangis rasanya saking senangnya menemukan jalan keluar. Saya pun berkali-kali mengucapkan terima kasih untuk Bu Rini.

Bu Rini mencontohkan cara membuat dompet

Di tengah-tengah beliau bercanda, “Orang-orang itu sukanya bawa sampah ke saya. Pokoknya sudah terkenal banget kalau ada Bu Rini tu dikasi sampah aja hahahaha. Banyak juga yang suka ngece mba, bilangnya ih ngapain sampah dibawa-bawa.”

Saya pun tersenyum mendengar candaan Bu Rini. Mungkin sebagian orang berpendapat seperti itu, apa yang dibuat beliau adalah sampah, asalnya sampah, jadinya ya sampah. Tapi buat saya, Bu Rini adalah pahlawan lingkungan. Orang-orang mungkin memandang beliau sebelah mata, tapi banyak sekali limbah plastik yang mampu diubahnya menjadi barang bernilai ekonomi. Beliau berkontribusi dalam pengurangan sampah plastik yang kebanyakan akan dibakar dan menimbulkan polusi.

Di akhir sesi pertemuan dengan beliau, kami pun berfoto bersama.

“Bu spanduk nya dipasang dong di depan rumah, punya prestasi gini kok disembunyikan, kan biar orang-orang tahu Bu,” ucap Nancy.

Enggalah, malu mba.” Balas Bu Rini sambil tersipu.

Hari itu saya belajar banyak hal dari Bu Rini, bukan saja belajar membuat kerajinan dari sampah plastic. Beliau juga berpesan untuk jangan memandang sebelah mata orang kecil, kita harus menghormati mereka juga karena orang besar itu tidak ada tanpa orang-orang kecil yang ada di bawahnya. Terakhir, Bu Rini pun mendoakan supaya KKN kami lancar dan program-programnya benar-benar bisa bermanfaat untuk masyarakat di sana.


Terima kasih Bu Rini untuk waktunya yang singkat dan terima kasih Nancy untuk membawa saya kepada beliau J

Saya, Nancy, dan Bu Rini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar